Lir-ilir,
lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh panganten anyar
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon – cah angon
Panekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu panekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Panekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu panekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro – dodotiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomana jlumatana
Konggo seba mangko sore
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomana jlumatana
Konggo seba mangko sore
Makna :
1.
Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure
wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak
ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak
sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna:
Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari
sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh
dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi
dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru.
2
Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno
Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu
penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo
mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna:
Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu
untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita
menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si
anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing
bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing
tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya.
Lalu
apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
3.
Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir
bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono,
Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo
sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna:
Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana
sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar
kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
4.
Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung
jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo
surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna:
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat
(dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang
dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas.
Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang
sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan
dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona
University terkagum
kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang
pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi
dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol
McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika
Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini
dalam musik Jazz pada konser musik “Harp
to Heart“.
Apakah
makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir
yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur
itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi,
apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh?
kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan,
dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk
berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir,
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah
berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon
yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak
manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa
yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat
untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih
level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon
penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan
“Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ?
Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang
mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat
sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5
sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari
5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari
agama Islam. Kenapa “Penekno”
? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam
dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam
melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno
kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun
penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud
pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro,
kumitir bedah ing pinggir. Pakaian
taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan,
perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono
kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika
kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan
segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu
selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang
rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali
mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu
hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata,
ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari
kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah
dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu (Al-Anfal :25)
0 komentar:
Posting Komentar