SELAMAT DATANG
DI DUNIA SEMUT
Mereka menjawab: ”Maha Suci Engkau,
Tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Baqarah, 2:32)
OLEH AZIZ RIAN M
SELAMAT DATANG DI DUNIA SEMUT!
Dalam perjalanannya ke sekolah setiap hari, Umar berjalan melewati
halaman rumah di seberang jalan dan menunggu di sana untuk beberapa
saat. Temannya yang sangat baik tinggal di dalam taman ini. Tak
seorangpun tahu siapakah teman ini, tetapi Umar sangat menyayanginya.
Umar tidak pernah lupa untuk mengunjungi temannya, dan sangat senang
bersahabat dengannya. Lagi pula, temannya ini lebih pandai dari siapapun
juga. Meskipun tubuhnya sangat kecil, teman Umar ini mampu melakukan
berbagai pekerjaan penting. Ia juga sangat rajin bekerja. Ia melakukan
seluruh pekerjaannya dengan sangat baik dan tepat waktu, seolah-olah ia
adalah seorang prajurit dalam angkatan bersenjata. Kendatipun ia tidak
bersekolah sebagaimana Umar, ia mampu melakukan berbagai macam
kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan dalam hidupnya.
.
Teman rahasia Umar adalah seekor semut kecil, yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang menakjubkan.
Engkau
mungkin belum pernah mendengar betapa terampil dan pandainya
semut-semut itu. Beberapa di antara kamu bahkan mungkin menganggap
mereka sebagai serangga-serangga sederhana yang berkeliaran sepanjang
hari tanpa melakukan pekerjaan apapun. Akan tetapi jika ada di antara
kalian yang beranggapan demikian, maka kalian telah keliru. Sebab semut,
seperti halnya makhluk hidup yang lain, juga memiliki cara hidupnya
sendiri.
Umar berkesempatan untuk mempelajari seluk-beluk
kehidupan semut dari temannya, sang semut. Inilah yang menyebabkan
mengapa Umar tidak pernah lupa mengunjungi temannya dan sangat senang
bercakap-cakap dengannya.
Umar sangat takjub dengan hal-hal yang
ia pelajari dari temannya tentang dunia semut. Dia ingin berbagi
segalanya yang ia pelajari dengan orang lain tentang ketrampilan,
kepandaian dan semua kemampuan luar biasa yang dimiliki teman kecilnya
itu.
Lalu, apakah yang membuat Umar begitu gembira? Mengapa ia
begitu terpesona dengan dunia semut? Engkau pasti bertanya-tanya
mengapa. Kalau begitu, teruslah membaca...............
Semut
memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dari kebanyakan makhluk hidup
lain di dunia ini. Untuk setiap 700 juta semut yang lahir di dunia ini,
hanya ada 40 bayi manusia baru. Dengan kata lain, jumlah semut di dunia
lebih banyak dibandingkan jumlah manusia.
Keluarga semut
juga sangat besar. Sebagai contoh, engkau mungkin mempunyai keluarga
beranggotakan 4-5 orang. Sebaliknya, dalam satu keluarga semut, kadang
terdapat jutaan semut. Sekarang coba pikirkan barang sejenak: jika
engkau memiliki kakak dan adik laki-laki ataupun perempuan dengan jumlah
jutaan, dapatkah kalian hidup dalam satu rumah? Tentu saja tidak!
Keistimewaan
semut tidak hanya sebatas ini. Meskipun mereka yang berjumlah jutaan
ini hidup bersama-sama, mereka tidak mempunyai masalah antara satu
dengan yang lainnya, tidak ada kekacauan dan tidak terjadi keonaran.
Mereka hidup dalam masyarakat yang sangat teratur rapi, dan setiap orang
mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Beberapa keluarga semut
melakukan pekerjaan layaknya tukang jahit, sebagian yang lain bercocok
tanam seperti petani, dan bahkan sebagian lagi ada yang memiliki
peternakan-peternakan kecil dimana mereka memelihara beberapa binatang
yang lebih kecil. Sebagaimana manusia yang mengembangbiakkan sapi dan
mengambil susunya, semut juga beternak kutu tanaman kecil (afid) dan
memanfaatkan susunya.
Sekarang marilah kita dengarkan kisah Umar tentang dunia semut.
Umar: Aku
pertama kali bertemu dengannya ketika aku melihat kepalanya yang mungil
muncul dari dalam tanah. Kepalanya menarik perhatianku, sebab ukurannya
sedikit lebih besar daripada tubuhnya. Aku heran mengapa kepalanya
sebesar itu dan mulai mengamati temanku yang mungil ini. Kepala besar
pada tubuhnya yang mungil membantu dalam tugasnya sebagai penjaga di
pintu masuk sarangnya. Apakah kalian ingin tahu ‘bagaimana’ caranya? Ia
melakukannya dengan memeriksa apakah semut-semut yang memasuki sarangnya
termasuk anggota keluarganya atau bukan, dan tidak mengizinkannya masuk
jika bukan termasuk keluarganya.
.
Segera setelah
melihatnya, aku menemuinya dan bertanya apa yang sedang terjadi di dalam
sarang. Temanku yang mungil mengerti rasa ingin tahuku, dan mulai
bercerita kepadaku. Yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana
semut-semut berkepala besar mengenali teman-teman serumah mereka dan
membiarkannya masuk ke sarang.
Semut :Umar,
pertama-tama aku hendak mengatakan kepadamu bahwa kami menyebut keluarga
kami sebagai ‘koloni’. Dengan kata lain, kami hidup dalam masyarakat
yang disebut koloni. Seekor semut dapat dengan mudah mengatakan apakah
seekor semut lain termasuk anggota koloninya atau bukan. Ia melakukannya
dengan cara menyentuh tubuh semut lain tersebut dengan antenanya
(batang kecil tipis yang menjulur keluar dari bagian atas kepala semut),
yang membantunya mengenali semut-semut asing melalui ‘bau koloni’ yang
mereka miliki.. Jika semut tersebut ternyata asing, maka kami tidak akan
mengizinkannya memasuki rumah kami. Bahkan terkadang kami harus
menggunakan kekuatan untuk memaksa mereka pergi.
Umar kagum
setelah mendengarkan tentang sistim keamanan mereka yang sempurna dan
bertanya-tanya bagaimana mungkin binatang-binatang asing yang mencoba
memasuki sarang tersebut akan berani melakukannya. Ketika Umar
menyampaikan apa yang diikirkannya ini kepada temannya, ia tersenyum
kepada Umar dan mengatakan bahwa masih banyak hal lain yang akan membuat
Umar takjub.
Kemudian semut berkata: “Sekarang akan kujelaskan
kepadamu tentang bagian dalam sarang kami yang kau sangat ingin ketahui.
Koloni kami terdiri atas ratu semut, semut pejantan, semut prajurit,
dan semut pekerja.”
Ratu semut dan semut pejantan menjaga
kelestarian jenis kami. Ratu semut berukuran lebih besar dari yang lain.
Tugas para semut pejantan adalah menjadikan sang ratu melahirkan
bayi-bayi semut baru. Para prajurit bertanggung jawab melindungi koloni
kami, berburu, dan menemukan tempat-tempat baru untuk membangun sarang.
Kelompok terakhir terdiri dari semut-semut pekerja. Seluruh semut
pekerja adalah semut betina yang mandul. Dengan kata lain, mereka tidak
dapat melahirkan bayi-bayi semut. Mereka menjaga ratu semut serta
bayi-bayinya, dan membersihkan serta memberi makan mereka. Selain itu,
mereka juga melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam koloni. Mereka
membangun gang-gang baru di dalam sarang, mencari makanan, dan
membersihkan sarang. Di antara para semut pekerja dan prajurit juga
terjadi pembagian lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Di
antara mereka terdapat kelompok peternak, kelompok pembangun sarang dan
kelompok pencari makanan. Sertiap kelompok mempunyai pekerjaan yang
berbeda. Ketika satu kelompok bertempur melawan musuh atau berburu, satu
kelompok yang lain membangun sarang, dan yang lain lagi bertanggung
jawab dalam kebersihan dan perbaikan sarang.”
Saat teman Umar yang
mungil menjelaskan semua hal ini, ia mendengarkannya dengan
terheran-heran dan kemudian bertanya kepadanya: ”Apakah engkau tidak
pernah merasa bosan dengan menunggu di pintu masuk sarang sepanjang
waktu? Apa tugasmu di dalam sarang?”
Semut menjawab: “Saya juga
seorang pekerja, dan tugas saya di sini sebagai penjaga pintu masuk.
Seperti yang kau lihat, kepalaku cukup besar untuk menutup lubang pintu
masuk sarang. Saya sangat bersyukur karena memiliki kemampuan ini, dan
saya melaksanakan kewajiban saya dengan senang hati. Saya tak pernah
merasa bosan; bahkan sebaliknya, saya merasa sangat bahagia karena dapat
melindungi teman-teman saya dari ancaman bahaya.”
Umar tidak
dapat menyembunyikan rasa kagumnya atas jawaban tersebut. Para semut
bekerja sepanjang waktu untuk menolong sesamanya, tanpa memikirkan
dirinya sendiri dan tanpa merasa ada masalah – sesuatu yang bahkan
manusia sendiri seringkali tidak sanggup melakukannya.
Dari apa
yang telah disampaikan temannya yang mungil, Umar dapat dengan mudah
memahami bahwa pekerjaan dalam sarang secara sempurna terbagi di antara
para semut. Telah jelas bahwa kehidupan semut sangatlah teratur rapi dan
seluruh semut tidak mementingkan dirinya sendiri. Kemudian Umar
bertanya apakah mereka saling berkelahi di antara mereka karena sebagian
merasa lebih baik atau lebih kuat dari yang lain. Teman Umar menjawab
bahwa hal seperti itu tidak pernah terjadi dan menambahkan:
“Kami
adalah keluarga besar, Umar. Tidak ada rasa cemburu, persaingan atau
ambisi di antara kami. Kami selalu saling tolong-menolong dan melakukan
yang terbaik untuk koloni kami. Segala sesuatu kami kerjakan dalam
koloni dengan pengorbanan diri kami. Setiap semut senantiasa memikirkan
kebaikan teman-temannya terlebih dahulu, baru kemudian dirinya sendiri.
Contohnya begini: Ketika persediaan makanan dalam koloni berkurang, para
semut pekerja segera merubah dirinya menjadi semut ‘pemberi makan’, dan
mulai memberi makan semut-semut lainnya dengan makanan yang ada dalam
perut mereka yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. Ketika
tersedia makanan yang cukup dalam koloni, mereka akan berubah kembali
menjadi semut pekerja.
Saya seringkali mendengar orang-orang
mengatakan bahwa terjadi persaingan di antara makhluk hidup di alam.
Jangan pernah percaya pada apa yang mereka katakan. Kami tahu benar
bahwa kami harus saling bekerja sama dan tolong-menolong agar dapat
hidup dengan baik.”
Umar mengatakan bahwa apa yang semut katakan
tentang dirinya sendiri dan koloninya adalah contoh yang sangat bagus
dalam hal ini. Umar merasa sangat bahagia setelah tahu bahwa Allah
menciptakan semut yang sangat tidak mementingkan diri sendiri, penolong
dan penuh perhatian terhadap teman-temannya. Setelah mengatakan hal ini
pada semut, Umar berniat untuk setidaknya menjadi orang yang senantiasa
memikirkan kebaikan orang lain sebagaimana para semut, dan menjadi orang
baik yang dicintai Allah.
Waktu masuk sekolah sudah dekat dan
Umar sudah harus berada di sekolah. Umar berkata kepada temannya bahwa
ia harus pergi, namun ia akan menjumpainya lagi besok.
Keesokan
harinya, Umar datang lagi ke tempat yang sama dan menunggu teman
mungilnya. Setelah beberapa menit, si semut pun muncul. Umar berkata
kepadanya bahwa ia sudah tidak sabar menunggu sepanjang malam untuk
bertemu dengannya lagi. Lalu Umar mengingatkan tentang janji temannya
untuk bercerita tentang bagian dalam sarang semut. Maka mulailah sang
semut bercerita tentang rumahnya:
Meskipun kami adalah binatang
yang mungil, sarang kami berukuran sangat besar, seperti halnya markas
sebuah angkatan bersenjata yang besar. Jika engkau adalah seekor semut
asing, kau tidak akan pernah dapat memasukinya. Sebab, sebagaimana telah
kau ketahui, terdapat para penjaga seperti saya di pintu masuk.
Di
bagian dalam sarang, terdapat pekerjaan yang berlangsung dengan sangat
teratur rapi dan tanpa henti. Ribuan, bahkan jutaan semut prajurit dan
semut pekerja melaksanakan pekerjaan mereka dengan cara yang sangat
tertata rapi. Bangunan sarang kami sangat sesuai untuk pekerjaan dalam
ruangan. Terdapat ruangan-ruangan khusus untuk setiap pekerjaan, dan
ruangan-ruangan ini didisain sedemikian rupa agar para semut prajurit
dan pekerja seperti saya dapat bekerja dengan sangat mudah dan nyaman.
Selain
itu, kami mempertimbangkan seluruh kebutuhan kami saat membangun
sarang. Misalnya, sarang kami mempunyai lantai-lantai di bawah tanah
yang hanya membolehkan masuknya sinar matahari dengan jumlah terbatas.
Akan tetapi ada juga beberapa ruangan yang membutuhkan energi matahari.
Kami membangun ruangan-ruangan seperti ini pada lantai paling atas, yang
menerima sinar matahari pada sudut yang paling lebar. Dan juga, ada
ruangan-ruangan yang harus senantiasa berhubungan satu sama lain. Kami
membangun ruangan-ruangan ini berdekatan satu sama lain, sehingga
semut-semut tersebut dapat dengan mudah bertemu satu dengan yang lain.
Ruang penyimpanan makanan kami, tempat dimana kelebihan material
disimpan, dibangun sebagai ruangan terpisah pada salah satu sisi sarang.
Lumbung-lumbung tempat kami menyimpan makanan adalah tempat-tempat yang
mudah dijangkau. Selain itu, ada pula ruangan besar yang terletak tepat
di pusat sarang di mana kami berkumpul bersama pada waktu-waktu
tertentu.”
Ketika Umar mendengar semua itu, ia bertanya kepada
teman mungilnya: “Apakah kamu benar-benar melakukan seluruh pekerjaan
ini? Aku tidak tahu bahwa semut dapat melakukan pekerjaan seperti para
insinyur dan arsitek yang terampil. Jika manusia hendak membangun
bangunan sempurna semacam itu, mereka harus menghabiskan waktu
bertahun-tahun di sekolah dan harus bekerja sangat keras. Apakah kalian
juga mendapatkan pelatihan semacam itu? Ketika menjawab pertanyaan ini,
si semut justru menceritakan kepadanya hal-hal yang lebih sulit diterima
akal tentang teman-temannya:
“Tidak, Umar. Semua kami memiliki
berbagai kemampuan ini dalam diri kami. Hal ini tidak pernah diajarkan
kepada kami, tetapi kami tahu pasti apa yang harus kami lakukan, dan
kapan. Ini belum seberapa. Apa yang akan aku ceritakan kepadamu
selanjutnya sungguh akan membuatmu lebih terkejut lagi.
Seperti
yang telah kukatakan sebelumnya, sarang kami sangatlah besar
dibandingkan dengan ukuran tubuh kami. Meskipun demikian, sarang ini
memiliki kehangatan yang merata. Di dalam sarang kami terdapat sistem
pemanasan pusat yang sangat canggih. Dengan cara ini, suhu menjadi tidak
berubah sepanjang hari. Agar hal ini terjadi, kami menutupi permukaan
bagian luar sarang kami dengan bahan yang dapat mencegah panas agar
tidak masuk ke dalam. Dengan demikian, kami mencegah masuknya udara
dingin ke dalam sarang selama musim dingin, dan menjaga udara panas agar
tetap di luar dan tidak masuk ke dalam sarang selama musim panas.
Begitulah cara bagaimana kami selalu menjaga agar suhu di dalam tetap
tidak berubah.”
Sungguh, jika Umar tidak pernah berjumpa dengan
teman kecilnya, ia akan sulit mempercayai bahwa semut dapat melakukan
semua pekerjaan ini. Umar berkata kepada si semut: “Sebelum engkau
bercerita kepadaku tentang semua ini, jika seseorang datang dan berkata
padaku tentang seluk-beluk sarang kalian dan bertanya siapakah yang
dapat membangun sarang seperti itu, aku akan menjawab dengan jawaban
yang sangat berbeda. Aku akan mengatakan bahwa sarang seperti itu hanya
dapat dibangun dengan menggunakan peralatan yang sangat baik dan kerja
keras dari orang-orang yang sangat terampil. Jika seseorang mengatakan
kepadaku bahwa bangunan ini tidak dibangun oleh orang-orang yang
berpendidikan akan tetapi oleh semut, maka kukatakan sesungguhnya bahwa
aku tidak akan pernah mempercayainya.”
Saat temannya yang mungil,
si semut, berbicara dengan Umar, beragam pikiran melintas dalam
benaknya. Umar berpikir bahwa semut lebih terampil daripada manusia, dan
ia kini melihat hewan-hewan tersebut dengan pandangan yang berbeda dari
sebelumnya. Umar mengerti bahwa semut diciptakan oleh Allah, dan ilham
atau wahyu Allah yang diberikan kepada mereka setiap saat inilah yang
menjadikan mereka berperilaku demikian. Kalau tidak, mereka tidak akan
pernah mampu melakukan semua ini dengan sangat baik.
Di saat semua
pikiran ini terbayang dalam benak Umar, teman kecilnya terus berbicara.
Di saat ia melanjutkan ceritanya, Umar pun semakin tertarik saja, dan
ingin menanyakan segala sesuatu yang muncul dalam pikirannya. Ia
langsung saja melontarkan pertanyaan pertama yang muncul di benaknya. Ia
telah diberitahu sebelumnya bahwa semut melakukan pekerjaan sebagaimana
petani, lalu ia pun meminta penjelasan kepada semut bagaimana mereka
melakukannya. Bagaimana seekor semut yang sedemikian kecil bercocok
tanam pada lahan tanpa menggunakan satu peralatan pun, padahal seorang
manusia pun akan sulit melakukannya?
Semut berkata: “Kuceritakan
kepadamu satu hal lagi tentang kami. Setelah itu, akan lebih mudah untuk
menjawab pertanyaanmu. Walaupun kami tampak sangat mirip, kami terbagi
menjadi banyak kelompok yang berbeda berdasarkan cara hidup dan
penampakan fisik kami. Ada sekitar 8.800 jenis semut yang berbeda. Semua
jenis tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Semut petani adalah
salah satu di antara jenis yang beragam ini. Kini, akan kuceritakan
kepadamu tentang para semut yang hidup dengan bertani. Mereka disebut
“Atta”, yaitu semut yang memotong daun.
Ciri yang menonjol pada
“Atta” adalah kebiasaan mereka membawa potongan dedaunan yang mereka
potong di atas kepala mereka. Untuk memudahkan pekerjaan ini,
pertama-tama mereka membuat dan meratakan jalan setapak agar mereka
dapat dengan mudah melaluinya. Jalan yang mereka lalui menuju sarang,
sambil membawa potongan daun, terlihat seperti jalan raya kecil. Semut
berjalan perlahan sepanjang jalur ini, mengumpulkan semua
ranting-ranting, kerikil-kerikil kecil, rumput dan tumbuhan liar pada
permukaan tanah, dan memindahkan mereka. Dengan cara ini, mereka
membersihkan jalan setapak yang akan mereka gunakan sendiri.
Setelah
kerja keras yang panjang, jalan raya tersebut menjadi lurus dan rata
seakan-akan telah diratakan dengan suatu peralatan khusus. Atta berjalan
menuju sarang mereka dengan melewati jalur ini, sambil bersembunyi di
bawah potongan daun besar yang mereka bawa dengan rahang mereka yang
mengapit kuat.
Umar: Kau mengatakan mereka bersembunyi di bawah dedaunan? Mengapa Atta merasa perlu bersembunyi di bawah dedaunan?
Semut:
Atta terkadang harus berhati-hati, Umar. Misalnya, semut Atta pekerja
yang berukuran sedang menghabiskan waktunya hampir sepanjang hari jauh
di luar sarangnya dan membawa dedaunan. Sulit bagi mereka untuk
melindungi diri mereka sendiri saat mereka melakukan hal itu, sebab
mereka membawa dedaunan menggunakan rahang mereka yang biasanya
digunakan untuk mempertahankan diri.
Umar: Jadi, kalau mereka tidak dapat melindungi diri sendiri, siapakah yang melindungi mereka?
Semut:
Semut-semut pekerja pemotong daun selalu ditemani oleh para pekerja
lain yang lebih kecil ukuran tubuhnya. Pekerja-pekerja ini menaiki
bagian atas dedaunan yang dibawa oleh Atta dan mengawasi musuh. Di saat
ada serangan musuh, mereka, walaupun ukurannya kecil, berusaha
melindungi teman mereka.
Umar: Sebuah contoh lain
yang mengagumkan tentang pengorbanan diri. Tapi aku ingin tahu satu hal
lagi. Sebenarnya untuk apakah Atta menggunakan dedaunan ini? Mengapa
Atta terus-menerus mengangkut dedaunan tersebut sepanjang hari?
Semut:
Mereka membutuhkannya untuk kegiatan bertani mereka. Atta menggunakan
dedaunan ini untuk menumbuhkan jamur. Semut tidak dapat memakan dedaunan
tersebut. Jadi, para semut pekerja membuat gundukan dengan
potongan-potongan daun ini setelah mengunyahnya, dan kemudian
menempatkannya dalam bilik-bilik bawah tanah dalam sarang. Di dalam
bilik ini, mereka menumbuhkan jamur pada dedaunan dan mendapatkan
makanan mereka dari tunas-tunas jamur yang sedang tumbuh
Sekarang
engkau pasti bertanya-tanya bagaimana semut-semut mungil ini dapat
melakukan semua pekerjaan yang menakjubkan ini secara mandiri?
Umar:
Ya. Aku benar-benar sedang berusaha memahami bagaimana semut mampu
melakukan itu semua. Misalnya, jika engkau memintaku untuk menumbuhkan
jamur, maka ini bukanlah perkara yang sangat mudah untuk mengerjakannya.
Setidaknya, aku akan harus membaca beberapa buku atau bisa juga dengan
bertanya kepada orang yang benar-benar tahu bagaimana cara melakukannya.
Tapi aku tahu bahwa Atta tidak pernah mendapatkan pelatihan seperti
ini.
Sekarang aku dapat lebih memahami mengapa engkau dan
teman-temanmu sedemikian pandai. Engkau telah diciptakan sekaligus
dengan kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan pekerjaanmu. Misalnya,
Atta hadir di dunia ini dengan pengetahuan tentang pertanian yang sudah
ada dalam dirinya. Sudah pasti, Allah, Pencipta semua makhluk hidup,
telah memberi Atta ketrampilan ini. Itulah Allah yang menciptakanmu dan
semua teman-temanmu beserta semua ciri-ciri yang mengagumkan ini.
Semut
: Kamu benar, Umar. Kami memiliki semua pengetahuan dan kemampuan ini
dalam diri kami sejak lahir. Pencipta kami, Allah, telah memberikan
semua ini kepada kami sebagai rahmat.
Umar terlambat lagi. Ia
berterima kasih pada si semut dan beranjak pergi ke sekolah. Di saat ia
berjalan kaki, hal-hal yang telah disampaikan temannya si semut
kepadanya masih terngiang-ngiang di telinganya. Untuk beberapa saat, ia
masih saja berpikir.
Perilaku cerdas semut-semut tersebut
menunjukkan adanya hikmah atau pengetahuan yang luar biasa. Akan tetapi
hikmah ini tidak mungkin berasal dari semut-semut itu sendiri. Sebab,
mereka hanyalah sekedar mahluk-mahluk kecil. Jadi kalau demikian, semua
keahlian semut pasti memperlihatkan kepada manusia tentang hikmah Allah.
Untuk membentangkan kebesaran-Nya dan seni penciptaan-Nya, Allah,
Pencipta semut, menjadikan makhluk-makhluk kecil ini mampu melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak akan pernah mampu mereka lakukan
berdasarkan pengetahuan dan kehendak mereka sendiri.
Teman Umar,
semut, memperoleh sifat bawaan dalam dirinya berupa hikmah, pengetahuan,
ketrampilan dan sifat pengorbanan diri yang berasal dari atau wahyu
ilham Allah. Segala yang ia lakukan bukanlah merupakan bukti akan
kekuasaan dan pengetahuannya, melainkan kekuasaan dan kebijaksanaan
Allah.
Setelah memikirkan ini semua, Umar akhirnya paham bahwa
sebelumnya ia membayangkan hal-hal tertentu melalui sudut pandang yang
berbeda. Akan tetapi pandangannya tersebut kini telah berubah setelah
melihat kenyataan yang sesungguhnya. Ia sekali lagi sadar bahwa
penjelasan-penjelasan yang disampaikan mengenai makhluk hidup, bagaimana
mereka muncul menjadi ada secara kebetulan, bagaimana mereka memperoleh
ketrampilan mereka dengan sendirinya secara kebetulan selama jangka
waktu tertentu, adalah kebohongan belaka. Bagaimana semua hal ini dapat
dikatakan benar? Bayangkan, bagaimana mungkin semut-semut dapat saling
“berbicara” sesamanya dengan sempurna jika mereka muncul menjadi ada
hanya karena kebetulan? Bagaimana mungkin mereka dapat berkomunikasi
dengan sesamanya tanpa ada kerancuan, dan membangun sarang yang
sempurna? Disamping itu, taruhlah semua semut ini terlahir secara
kebetulan dan mereka hidup hanya untuk mempertahankan diri mereka
sendiri, lalu mengapa mereka mau melakukan pengorbankan diri yang besar
untuk sesamanya?
Umar memikirkan beragam hal ini sepanjang hari di
sekolah. Saat Umar sampai di rumah pada sore harinya, ia mengambil dan
membaca Alqur'an, kitab yang Allah turunkan kepada semua manusia. Ayat
pertama yang dibacanya berbunyi sebagai berikut :
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3:190-191)
Umar
benar-benar yakin bahwa Allah-lah satu-satunya yang telah menciptakan
semut, dirinya sendiri, ibu dan ayahnya, saudaranya dan segala sesuatu
di alam semesta. Teman mungilnya telah mengingatkannya akan kenyataan
paling penting di dunia ini: tidak ada pencipta kecuali Allah SWT
semata.
Saya percaya bahwa ketika kalian membaca baris-baris
tulisan ini, kalian semua akan memahami kebenaran ini seperti halnya
Umar, dan mengetahui bahwa Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu.
Kemudian kalian akan mengatakan: “Darwin, yang mengatakan bahwa mahluk
hidup tidak diciptakan, akan tetapi muncul menjadi ada karena kebetulan”
adalah sebuah kebohongan besar. Di saat kita dikelilingi oleh beragam
makhluk dengan berbagai kemampuan menakjubkan yang dimilikinya, maka
adalah mustahil untuk beranggapan bahwa mereka muncul menjadi ada di
dunia ini dengan sendirinya secara kebetulan.
Jadi, jika suatu
saat tanpa disangka-sangka engkau juga berjumpa dengan teman baik,
sebagaimana Umar, jangan lupa bahwa engkau pun dapat belajar banyak
darinya. Telitilah dan pikirkanlah kesempurnaan ciptaan Allah, yang
menciptakan temanmu itu. Dan jika engkau pernah bertemu dengan
pembohong-pembohong seperti Darwin, ceritakan pada mereka tentang
ciri-ciri yang menakjubkan tentang temanmu itu dan dan katakan bahwa
engkau takkan pernah mempercayai berbagai kebohongan mereka yang tidak
masuk akal.
Semut penganyam adalah penjahit yang terampil. Mereka
menggabungkan dedaunan dengan menarik mereka dari kedua sisi dan
menjahit dedaunan tersebut. Dengan cara ini, mereka membuat rumah yang
nyaman bagi mereka sendiri.
Semut penjaga pintu menjaga sarang.
Mereka menjalankan tugas ini dengan sangat baik. Semut – semut lain juga
bekerja dengan sangat rajin. Mereka semuanya melakukan pekerjaan
sarangnya.